Website www.ibudanmama.com

15 May 2013

Judul : Fenomena Anak Menjadi Superstar

Belakangan ini semakin banyak ajang pencari bakat bagi anak – anak maupun remaja, yang dipubilkasikan oleh media, terutama televisi. Tidak hanya kemampuan bernyanyi, bakat yang juga banyak disorot adalah akting dan juga menari. Tidak diragukan, hal ini juga mendorong bertumbuhnya agen – agen pencari bakat atau pihak yang mengaku memiliki studio atau rumah produksi yang akan menyalurkan bakat anak – anak ke dunia pertelevisian. Hal ini juga mengakibatkan munculnya pandangan bahwa saat ini cukup banyak kesempatan untuk menjadi artis cilik dalam waktu singkat. Nah, bagaimana orangtua perlu menyikapi fenomena ini?

 

Pada anak – anak usia sekolah memang mereka sedang masa – masa meraih suatu kompetensi, yang dituntut dari lingkungan sekitarnya, khususnya sekolah, atau dalam bidang akademis. Bila ia tidak berhasil meraih perasaan kompeten atau mampu memenuhi tuntutan tersebut, bisa muncul rasa kurang percaya diri. Aspek – aspek yang dibentuk pada masa ini adalah kelanjutan dari masa kecilnya, terutama  dalam aspek emosi yaitu rasa percaya diri dan rasa diri mampu (self efficacy). Pada usia sekolah ini, anak sebenarnya memiliki berbagai sumber untuk membentuk harga dirinya, mulai dari aspek akademis, aspek sosial (kemampuan menjalin hubungan yang baik dengan peer, maupun dengan orangtua), kemampuan fisik (seperti dalam bidang olahraga), dan penampilan fisiknya (kecantikan dsb).

 

Dalam bidang akademis, anak diharapkan mulai menjelajahi dalam aspek – aspek akademis, yang mana ia memiliki kemampuan, dan dalam aspek mana ia mengalami kesulitan. Dan ia didorong untuk setidaknya memahami berbagai mata pelajaran, dalam batas minimal, yang memang telah diatur dalam kurikulum pendidikan.

 

Di luar bidang akademis, anak juga memiliki kesempatan seluas – luasnya untuk menumbuhkan  minat dan bakatnya, misalnya dalam bidang seni, olah raga, atau hal – hal lain terkait dengan hobi, atau juga  bidang pekerjaan yang digeluti orangtuanya. Ia juga diharapkan mengembangkan kemampuannya untuk menjalin pertemanan maupun relasi yang hangat dengan orang tuanya. Anak juga semakin banyak memperoleh umpan balik akan hal – hal yang baik dan kurang baik dalam dirinya, atau penilaian atas apa yang ia katakana dan lakukan. Dengan demikian, ia memiliki banyak perbendaharaan akan hal – hal yang dapat ia lakukan dengan baik dan yang perlu ia tingkatkan atau perbaiki di kemudian hari, sehingga ia pun memiliki penerimaan diri dan harga diri yang semakin positif.

 

Sementara itu, terkait dengan pengembangan bakat menjadi karir, seorang ahli bernama Super (1990) mengemukakan bahwa ternyata seseorang melalui beberapa tahapan sebelum memiliki kematangan dalam memilih karir yang ingin dijalaninya. Kematangan karir pada umumnya meningkat tetapi seringkali terkait dengan usia kronologis dan tingkat sekolah. Waktu transisi dari satu tahapan ke tahapan lain merupakan fungsi dari kepribadian individu,  kemampuan, dan situasi.

 

Pada anak usia sekolah, Super mengemukakan, bahwa anak sedang dalam tahap pertumbuhan (usia 4 – 13 tahun). Tugas perkembangan karir yang dimiliki anak pada usia tersebut adalah :

1. Mulai memiliki perhatian terhadap karir termasuk memperoleh orientasi masa depan (kalau sudah besar nanti…)

2. Kontrol termasuk meningkatnya kontrol pribadi  akan kehidupan nya sendiri  (saya mau belajar nyanyi seperti kakak atau artis idolaku…)

3. Keyakinan karir termasuk meningkatnya kepercayaan diri untuk melakukan tugas dengan baik dan untuk membuat keputusan pribadi (ternyata aku bisa menggambar dengan baik ya, tapi aku kurang bisa menyanyi..)

4. Kompetensi termasuk memperoleh kebiasaan kerja yang kompeten dan sikap (kalau aku berlatih dengan tekun, kemampuanku semakin baik..)

 

Artinya, pada usia sekolah, anak belum memiliki pengertian maupun keyakinan yang mendalam untuk menjalani suatu bidang sebagai karir yang akan ditekuni hingga dewasa nanti. Suatu bidang karir baru akan dieksplorasi lebih jauh saat anak berusia 14 – 24 tahun, lalu mulai terbentuk dengan lebih stabil dalam pekerjaan yang ditekuni pada usia 25 – 44 tahun. Setelah itu seseorang akan  memelihara atau menjalani karir pada usia 45 – 64 hingga pensiun  sekitar usia 64 tahun nanti.

 

Pada anak – anak usia sekolah, yang ikut serta dalam berbagai lomba lalu pada akhirnya mengikuti ajang pencarian bakat yang sifatnya nasional, tentu tidak lepas dari peran orangtua.  Selain karena orangtua memiliki akses yang lebih banyak akan informasi terkait hal ini, juga karena orangtua yang akan mewakili anak karena masih di bawah umur, atau bertanggung jawab atas keikutsertaan anak. Oleh karena itu, dalam hal ini yang perlu dikritisi juga adalah motivasi, sikap dan juga peran orangtua dalam keikutsertaan anak dalam ajang tersebut.

 

Sebelum mengikutsertakan anak dalam ajang seperti itu, sebaiknya orangtua mempertimbangkan berbagai hal, misalnya apakah orangtua menjadikan hal ini sebagai prioritas, bagian dari upaya menumbuhkan minat anak pada suatu bidang tertentu, atau bahkan hanya coba – coba dan mengisi waktu luang anak. Sebab, tujuan atau arahan yang diberikan orangtua terhadap anak dalam mengikuti ajang ini, akan mempengaruhi kesejahteraan anak, bagaimana kebutuhan – kebutuhan anak yang lainnya dapat terpenuhi (bermain, bersosialisasi seperti anak sebayanya), dan mempengaruhi pula proses pertumbuhan harga diri anak, yang sebenarnya dapat diperoleh dari berbagai aspek tidak hanya dari satu kemampuan tertentu saja.

ibu dan mamakembali ke awalkonsultasi gratismemahami anaklayanan kamitentang kearakeara konsultan psikologi

KEARA

Pakar psikologi

tentang keara