Website www.ibudanmama.com

24 June 2013

Judul : Liburan Bermakna dan Bebas Stress….

Mungkinkah ?

Ibu dan mama, masa libur sekolah akan segera tiba. Ada orangtua yang memandang waktu liburan ini sebagai waktu yang harus direncanakan dengan sedetil mungkin agar dapat memperoleh manfaat semaksimal mungkin. Ada juga sebagian dari kita menganggap waktu libur justru adalah masa untuk mengurangi stress dan tidak perlu terlalu memusingkan apa yang akan dilakukan nanti, jadi “Let it flow sajalah”.

Terlepas dari bagaimana pandangan kita tentang waktu-waktu libur, banyak penelitian menyatakan bahwa aktivitas-aktivitas di waktu luang (waktu yang dimanfaatkan untuk aktivitas selain pekerjaan), dapat membantu kita mengatasi peristiwa-peristiwa atau pengalaman negative yang dialami, dengan lebih baik, membantu kita untuk melakukan penyesuaian diri dengan baik (Kleiber et al,2002 dalam Duffy & Atwater, 2009) dan meningkatkan kesejahteraan fisik kita dengan lebih baik (Hebert, 2005 dalam Duffy & Atwater, 2009). Sementara itu, dengan kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi dan informasi, banyak aktivitas yang pekerjaan yang dapat dilakukan dimana saja, dan kapan saja, membuat kita semakin kurang dapat membedakan waktu kerja dan waktu luang, sehingga kurang merasakan manfaat dari waktu luang tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya kesediaan untuk meninggalkan sejenak pekerjaan dan juga berbagai peralatan yang akan membuat kita tergoda memikirkan pekerjaan kembali, seperti meninggalkan laptop atau gadget lain yang kita miliki, yang berisi arsip-arsip tugas pekerjaan kita, sehingga kita dapat benar-benar memperoleh kesegaran atau semangat baru ketika kembali bekerja.

Untuk memperoleh manfaat atau kepuasan yang maksimal dari waktu luang atau waktu libur yang cukup panjang tersebut, berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dipertimbangkan untuk dilakukan, khususnya bersama anak-anak selama libur sekolah :

1. Ciptakan suasana yang santai dan dapat memulihkan diri dari ketegangan. Setelah menjalani satu tahun kegiatan belajar, dan juga menempuh ulangan/ujian, anak-anak perlu merasakan kelegaan dan suasana yang rileks untuk menurunkan tingkat stress mereka. Tentunya percakapan mengenai belajar apa hari ini, apa PR yang masih ada, atau bahkan mengungkit kegagalan mereka, perlu dikurangi. Mereka juga mungkin diijinkan untuk sesekali bangun tidak terlalu pagi seperti ketika harus berangkat ke sekolah. Yang perlu diingat bahwa libur panjang bukan berarti boleh diisi dengan bermain games sepanjang hari, tidur larut dan bangun kesiangan setiap hari. Karena hal ini malahan dapat membuat tubuh mengalami stress secara fisik, pikiran juga terpacu terus menerus, sehingga kurang memperoleh kesegaran ketika sekolah akan dimulai lagi.

2. Berpetualang. Bepergian ke sebuah daerah yang belum pernah dikunjungi, melihat-lihat dan menikmati hal-hal yang berbeda, dapat menimbulkan keasyikan tersendiri. Berkenalan dengan orang baru, atau melakukan hal yang berbeda juga akan menambah wawasan atau pengetahuan akan perbedaan atau keunikan individu dan masyarakat. Mengikuti kegiatan berkemah atau kegiatan rohani yang mengajak anak-anak untuk mendalami keimanan mereka, juga akan mengalihkan pikiran dari tekanan atau tuntutan yang dialami di sekolah. Ingatlah bahwa sebagai orangtua pun perlu berusaha untuk menikmati aktivitas rohani ataupun menunjukkan rasa ingin tahu akan hal-hal baru tersebut, agar kegiatan berpetualang ini bukan hanya bermanfaat atau seolah diperuntukkan bagi anak-anak namun juga bagi orangtua.

3. Mengembangkan minat, mengasah bakat melalui hobi. Selama bersekolah, mungkin anak-anak, maupun kita sendiri tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan yang merupakan hobi, seperti membaca novel, berolahraga (berenang, sepak bola, dsb), mengutak atik mesin/robot, melatih keterampilan musik, merangkai bunga, berdansa/menari dan bahkan mengikuti lomba di bidang minat atau hobi yang kita sukai. Dengan memiliki pengalaman keberhasilan dalam suatu aktivitas yang disukai, hal ini dapat meningkatkan harga diri anak. Tak bermaksud mengesampingkan prestasi atau pencapaian secara akademik, namun bila anak merasa tidak berhasil di tahun ini, ada baiknya dalam bidang lain, yang ia suka, ia dapat memiliki perasaan bangga atau berhasil akan karya atau usahanya sendiri.

4. Ikut dalam kegiatan sukarelaDengan panjangnya waktu libur, selama hampir 1 bulan, tentu masih ada waktu yang bisa diluangkan untuk melihat banyaknya orang-orang di sekitar yang kondisinya tidak senyaman kita. Seperti misalnya anak-anak yatim piatu, orang lanjut usia yang banyak berdiam diri di rumah karena kondisi fisiknya, orang-orang dengan keterbatasan (disabilities) atau anak-anak dengan keterbelakangan mental. Ada berbagai aktivitas  yang dapat dilakukan untuk membantu meringankan kesedihan atau beban hidup mereka, baik dengan mengumpulkan dana dari berbagai aktivitas seperti menjual kue, menjual koran bekas, atau memberikan pakaian bekas, atau melakukan kegiatan seperti pertunjukkan seni (menyanyi, menari, drama) untuk mereka. Dengan membantu orang yang membutuhkan, dan mengambil bagian dalam kegiatan sosial, anak bukan saja semakin terasah kepekaan sosialnya, namun juga akan memiliki pengalaman yang membahagiakan ketika bisa melakukan sesuatu bagi orang lain.

5. Berkunjung atau berkumpul bersama keluarga inti maupun keluarga besar. Tak dapat dipungkiri, di tengah kesibukan atau rutinitas harian, kadang kita merasa seperti tidak punya banyak kesempatan untuk benar-benar menunjukkan perhatian, atau memberikan bantuan pada anggota keluarga yang lain. Mungkin bahkan ada beberapa tindakan yang sudah saling menyakiti perasaan satu sama lain. Untuk itu, anak yang selama ini dipenuhi kebutuhannya oleh orangtua, mulai dapat diajarkan untuk sedikit-sedikit membantu orangtua misalnya dengan mencuci piring, membantu memasak atau melipat pakaian, selama orangtua bekerja. Dengan demikian, anak juga akan semakin peka akan bagaimana orangtua telah merawat atau memenuhi kebutuhan selama ini. Memang hal ini mungkin terkesan tidak terlalu bermanfaat, terutama bila selama ini pekerjaan tersebut dilakukan oleh asisten rumah tangga. Namun bukan tidak mungkin, suatu saat anak dapat mengalami situasi dimana ia harus dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, misalnya ketika suatu saat ia tinggal di kota yang berbeda atau tinggal di tempat kos, sambil melanjutkan sekolah. Wujud perhatian terhadap anggota keluarga yang lain, bisa dengan mendorong kakak atau adik membantu projek atau tugas yang mungkin diberikan oleh sekolah pada hari libur, atau project yang masih ingin dilanjutkan selama libur seperti aktivitas melukis atau percobaan-percobaan dalam mata pelajaran tertentu. Ketika kakak beradik saling terlibat, berikan apresiasi, dan dorong mereka untuk tetap memberi perhatian ketika masa sekolah, bukan hanya pada waktu libur. Hal ini juga dapat dilakukan bersama saudara sepupu yang sebaya dengan anak-anak, atau dengan menunjukkan perhatian dengan mengunjungi dan membantu di rumah kakek nenek yang jarang bertemu.

6. Bersih-bersih. Apakah anak-anak selama masa sekolah seperti tidak sempat lagi mengatur buku-buku, peralatan menulis, kertas, bahkan mungkin pakaiannya (termasuk asesoris, kaos kaki dsb)? Bukan saja di kamar, namun barang – barang tersebut bisa berada di ruang belajar, di depan TV bahkan di ruang tamu/ ruang keluarga. Mereka juga mungkin tidak peduli dengan tempat sampah atau debu yang ada di sudut-sudut kamar, karena perhatiannya banyak terserap pada tugas dan pelajaran. Ingat, kondisi kamar maupun rumah yang rapih dan bersih sangat kondusif untuk memperoleh suasana belajar dan juga hidup yang nyaman secara keseluruhan. Bantu anak memilah-milah buku atau kertas-kertas yang sudah tidak perlu dan menyimpannya di gudang, agar tidak mempersulit ketika sedang mencari buku yang masih diperlukan. Dengan mengatur kembali buku dan peralatan sekolah juga akan menghemat waktu untuk mempersiapkan kebutuhan untuk sekolah atau mengerjakan tugas. Sebenarnya kerapihan dan kebersihan juga merupakan wujud perhatian dan penghargaan terhadap diri sendiri, dan anggota keluarga yang lain. Hal ini akan tampak ketika masing-masing mengajak teman bermain di rumah, atau ada teman-teman yang datang dengan mendadak untuk bermain. Bantu mereka untuk membayangkan, betapa lebih menyenangkanya bila teman yang datang melihat rumah atau kamar dari saudaranya juga bersih dan rapih.

7. Membantu dalam pekerjaan orangtua, keluarga besar atau ikut dalam kegiatan yang menghasilkan uang. Salah satu cara mengasah tanggung jawab dan membukakan tentang lapangan pekerjaan sejak dini, mau tidak mau dimulai dengan melakukan suatu aktivitas/pekerjaan, yang menghasilkan uang. Bagi orangtua yang berwirausaha, libatkan anak dalam aktivitas sehari-hari. Berikan anak tugas-tugas yang dapat dia lakukan, dan berikan reward untuk menunjukkan apresiasi sekaligus mendorongnya untuk belajar menabung. Misalnya untuk menyalin suatu catatan dengan menggunakan komputer (bagi yang sudah bisa), membersihkan dan merapikan barang-barang yang akan dijual, dsb.  Bahkan bila memungkinkan, ajak anak untuk mengunjungi kerabat yang bekerja sesuai dengan cita-cita mereka, dan memberikan bantuan di tempat kerja mereka. Misalnya, ketika bercita-cita menjadi dokter, ajak anak untuk membantu memanggil pasien, atau memberikan uang kembali atau mencatat waktu kunjungan, di tempat praktek dokter, ataupun dalam suatu kegiatan bakti sosial. Hal ini akan memberikan kesempatan untuk anak mengalami situasi pekerjaan yang dicita-citakannya.

8. Mempersiapkan pelajaran yang akan ditempuh di kelas yang akan dijalani di tahun ajaran baru.Terakhir, meskipun bukanlah hal yang tidak penting, bila anak tampak kurang serius pada masa pelajaran sebelumnya, atau tampak mengalami penurunan prestasi, dorong ia untuk memanfaatkan sebagian waktu liburnya untuk mempersiapkan atau mencoba melihat-lihat materi pelajaran yang akan dihadapi di tingkat berikutnya. Banyak anak-anak yang memiliki prestasi yang menonjol mengakui bahwa mempersiapkan diri sebelum menjalani suatu pelajaran yang baru, akan membuat lebih mudah menyerap materi yang diajarkan. Ingat prinsip bahwa latihan akan menghasilkan kesempurnaan. Jangan lupa dorong anak untuk menetapkan target bagi diri mereka sendiri, dan membuktikan pada diri sendiri, bahwa di tahun berikutnya prestasi mereka akan lebih baik, bila melakukan usaha yang juga lebih baik lagi. Dorong anak untuk bertanya kepada saudaranya atau sepupu yang lebih tua (yang mungkin bertemu pada waktu libur), tentang strategi belajar yang mereka lakukan untuk dapat memahami pelajaran yang sulit. Hal ini juga akan membantu anak memahami manfaat yang diperoleh ketika bertanya, dan meminta bimbingan pada orang lain yang sudah lebih dulu melewati pelajaran yang sulit baginya.

Ibu dan mama, mungkin Anda memiliki berbagai ide lain dan keinginan untuk mewujudkan liburan sekolah yang bermanfaat bagi anak. Namun ingat, yang terutama adalah upayakan membangkitkan sikap atau semangat yang optimis selama masa libur ini, sambil tetap menjaga agar tidak terlalu memaksakan supaya segala sesuatu dalam masa liburan berjalan setepat mungkin dengan perencanaan. Kalau tidak, libur akan menjadi penuh stress dan juga kurang makna. Selain itu, bagi ibu dan mama yang kurang memiliki waktu untuk berlibur bersama anak-anak, ingatlah bahwa aktivitas-aktivitas ini bukan tidak mungkin dilakukan di waktu-waktu luang yang sehari-hari kita miliki, seperti pada akhir pekan atau pada waktu hari libur yang tidak lama seperti libur sekolah. Akhir kata, selamat berlibur…!

ibu dan mamakembali ke awalkonsultasi gratismemahami anaklayanan kamitentang kearakeara konsultan psikologi

KEARA

Pakar psikologi

tentang keara