Bullying lanjutan……
7. Lingkungan Anak yang tinggal di lingkungan yang kurang beruntung biasanya cenderung lebih stres dan akan meningkatkan resiko perilaku agresif.
Korban bullying yang sudah kronis akan berperilaku pasif saat seharusnya bersikap aktif. Di arena bermain mereka mengobrol seperti biasa dan berkeliling. Ketika sedang di bully mereka justru memberikan penguatan pada penyerang mereka dengan memenuhi permintaan mereka, menangis, dan menunjukkan postur bertahan. Hambatan temperamen,dan fisik yang rapuh merupakan faktor – faktor yang mendukung seorang anak menjadi korban bullying. Anak yang menjadi korban bullying biasanya memiliki sejarah penolakan kelekatan, kontrol yang berlebihan dalam pengasuhan, dan ibu yang overprotektif, pola asuh orangtua yang memicu kecemasan, harga diri rendah, dan ketergantungan yang akan menampakkan sikap ketakutan pada anak dan membuatnya terlihat rapuh. Korban bullying akan beresiko mengalami kesulitan penyesuaian termasuk depresi, kesepian, harga diri rendah, gangguan perilaku, dan menghindari sekolah. Agresif dan korban bullying bukanlah dua kutub yang berseberangan. Sepertiga sampai satu setengah korban-korban bullying juga menampilkan perilaku agresif, memancing perkelahian, atau membalas dengan mengagresi hubungan. Para korban terkadang juga melawan penyerang mereka, yang tentunya akan mengundang respon berupa kekerasan pada mereka, dan akhirnya akan membentuk siklus yang akan terus menempatkan mereka pada posisi korban. Intervensi yang dilakukan terhadap korban diakukan untuk merubah opini negatif korban terhadap dirinya sendiri dan mengajari mereka untuk tidak memberikan respon yang merupakan penguatan terhadap penyerang akan sangat membantu. Cara lain adalah dengan membantu para korban mendapat kemampuan sosial yang diperlukan untuk mendapatkan pertemanan yang sehat. Karena ketika anak-anak memiliki teman dekat untuk dimintai pertolongan, biasanya bullying akan segera berakhir. Anak-anak yang memiliki kecemasan, menarik diri, namun memiliki teman yang membantu memiliki lebih sedikit masalah penyesuaian daripada anak yang tidak memiliki teman dekat (Bollmer,2005; Fox & Boulton,2006 ) Walaupun melakukan intervensi terhadap perilaku korban merupakan solusi, bukan berarti korban lah pihak yang harus disalahkan. Cara terbaik menekan fenomena bullying adalah dengan mengubah lingkungan anak–anak (sekolah, program olahraga, tempat rekreasi, dan lingkungan rumah), menggalakkan sikap dan perilaku prososial dan meminta kerjasama siswa. Melakukan pendekatan efektif termasuk membuat peraturan sekolah yang mencegah bullying, mengajarkan anak yang menjadi bystander (menyaksikan) bullying untuk mencegah bullying, dan meminta bantuan orang tua untuk merubah perilaku bullying, dan kalau perlu memindahkan anak yang melakukan bullying ke kelas atau sekolah lain.
|
KEARA Pakar psikologi |