Parenting Batita
lanjutan……
Awalnya ibu akan menggunakan teknik distraksi dan membimbing secara fisik (menuntun anak untuk melakukan kegiatan yang diharapkan ibu), dan untuk anak yang mulai bernegosiasi, saran secara verbal, bernegosiasi adalah teknik yang dapat digunakan ibu. Dengan mengingat bahwa hal ini merupakan hal yang wajar dan juga menunjukkan anak memiliki kemampuan yang semakin berkembang, diharapkan ibu dapat menanggapi negosiasi yang dilakukan anak dengan tenang, dan tidak terpancing untuk menampilkan kemarahan yang besar, agar tidak mengakibatkan kondisi sebaliknya yaitu anak bersikap sangat pasif.
4. Empati, Moral, dan Standar. Pada usia dua tahun, moral anak, termasuk kepekaan terhadap benda yang rusak dan kegelisahan ketika standar tidak terpenuhi mulai muncul. Anak mulai menunjukkan kecemasan ketika melihat seseorang terluka, benda rusak atau peraturan penting dilanggar. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku orangtua yang berbeda menghasilkan respon anak yang berbeda juga. Modelling (contoh) yang diberikan ibu sangat memainkan peranan dalam memanifestasikan respon emosi menjadi perilaku, seperti memaafkan, menunjukkan perasaan bersimpati, mencari bantuan, atau menolong. Sensitivitas dan pemikiran ibu berhubungan positif dengan respon empati dan prososial. Ketika ibu perduli tentang siapa yang terluka dan mengapa bisa terluka, anak akan menunjukkan empati lebih dan akan mencoba menolong. Sebaliknya orangtua yang menunjukkan kekerasan pada anak di rumah akan menunjukkan perasaan marah pada korban atau ketakutan pada korban.
5. Mengidentifikasi gender dan identifikasi peran gender. Pada usia 2 atau 3 tahun anak-anak mulai membentuk identitas gender (mengetahui bahwa seseorang terbagi menjadi dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan) dan identifikasi peran gender. Pada masa ini orangtua anak akan memperbaiki kosa kata anak untuk melabel gender (perempuan laki-laki atau cewek cowok), orangtua juga mulai memperhatikan maskulinitas dan feminitas anak berkaitan dengan mainan dan pakaian.
6. Merasa terhubung dengan orang lain dan anggota masyarakat, membangun hubungan dekat dan menempatkan diri sebagai anggota keluarga. Dan mulai terlibat dalam interaksi sosial seperti dengan saudara kandung atau dengan teman sepermainannya.
|
KEARA Pakar psikologi |